CERSEX-DUNIA.BLOGSPOT.COM

Tentang Blog Saya : Cersex, Video Download, Humor, Tips Kesehatan, Foto Bugil, Berita Hot

CERSEX-DUNIA.BLOGSPOT.COM

Tentang Blog Saya : Cersex, Video Download, Humor, Tips Kesehatan, Foto Bugil, Berita Hot

CERSEX-DUNIA.BLOGSPOT.COM

Tentang Blog Saya : Cersex, Video Download, Humor, Tips Kesehatan, Foto Bugil, Berita Hot

CERSEX-DUNIA.BLOGSPOT.COM

Tentang Blog Saya : Cersex, Video Download, Humor, Tips Kesehatan, Foto Bugil, Berita Hot

CERSEX-DUNIA.BLOGSPOT.COM

Tentang Blog Saya : Cersex, Video Download, Humor, Tips Kesehatan, Foto Bugil, Berita Hot

Tuesday, September 22, 2015

FOTO DUA LESBIAN CANTIK SALING JILAT MEMEK












OMPOKER_Dua orang cewek lesbian ini terlihat begitu cantik dan mesra. Mereka berdua sedang dilanda asmara dan sedang horny karena lama tidak jumpa. Sepasang kekasih lesbi ini sedang bercinta dan saling menjilati memek mereka. Tidak ketinggalan puting susu menjadi sasaran kedua lesbian cantik ini untuk terus dikulum.

FOTO MANDI KUCING SAMA CEWEK SPA BUGIL












OMPOKER_Sungguh nikmat rasanya ketika sedang mandi kucing bersama cewek SPA cantik dan imut seperti foto di bawah ini. Body cewek ini sungguh langsing dengan toket yang besar. Dia sengaja membuat licin toket dan memek kemudian mengocok kontol customer hingga keluar pejunya. Sungguh pengalaman yang sangat memuaskan.

FOTO LUBANG PANTAT CEWEK CANTIK BUGIL







OMPOKER_Apa yang terjadi ketika kita melihat cewek cantik sedang selfie kemudian bugil? Pasti kita ingin menyergapnya kemudian melumat habis toket dan juga mekinya. Cewek cantik berikut ini sedang melakukan selfie kemudian membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Pertama dia hanya memperlihatkan lubang memek kemudian dia juga nungging dan memamerkan lubang pantat yang sepertinya sudah pernah di anal.

FOTO PAHA DAN BOKONG TANTE CANTIK HOT DAN SEKSI












OMPOKER_ Foto berikut ini memang bukanlah foto bugil tante cantik ataupun video tante sedang ngentot. Namun foto ini tetap membuat para lelaki menjadi horny karena kecantikan dan keseksian tante Mala. Lihat saja wajahnya begitu cantik dan sungguh dewasa dengan tubuh yang begitu seksi, paha yang mulus dan bokong yang besar.

Senyumnya begitu indah walaupun dia masih mengenakan pakaian berupa bikini yang memperlihatkan lekukan tubuh dan pinggul serta belahan dada yang sangat menggoda untuk dilihat. Apalagi pantat tante ini termasuk montok dan semok dan sungguh menggoda.

FOTO CEWEK CANTIK BUGIL DAN MASTURBASI DEPAN WEBCAM










OMPOKER_Cewek cantik ini terlihat seperti seseorang yang sedang menikmati ngentot dengan pacarnya. Wajahnya terlihat begitu sayu dan seperti sedang mendesah namun tertahan. Ternyata cewek cantik ini sedang horny dan chatting menggunakan webcam.

Lihat saja saat dia membuka seluruh pakaiannya dan nungging di depan webcam memperlihatkan pantat dan juga memek imut yang masih tertutup celana dalam yang begitu kecil. Dia sengaja memainkan memek menggunakan jari agar teman chattingnya menjadi horny dan onani.

Cewek cantik ini melakukan masturbasi hingga mengalami orgasme di depan webcam, begitu juga si cowok onani hingga muncrat spermanya.

MITRA BISNIS



OMPOKER_Saya baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa-apa.

Dan saya langsung menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya akan menghadiri rapat perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisinis saya.

Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditanda tangani oleh saya saja.

Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control tv untuk melihat berita hari ini.

Seperti biasanya, didepan meja rias saya mulai berias.

Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.

Dibagian dada sedikit agak lama memberikan lotion nya terutama dibagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat

dengan mulai mengeras nya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari inggris yang lucu dan sexy.

BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH nya tapi tetap menjaga bentuk payudara.

Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, “mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini”.

Suami yang tidur dengan mengenakan T shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya.

“mas bagus ini BH nya, enak dipakai sepertinya…sexy lagi”.

Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya

“pinter juga milihnya mas, gimana pas tidak kelihatannya”.

Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yg dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini.

Saya sedikit mendesah,

“ah….mas nakal nih tangannya….”,

sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab

“kenapa memangnya tangan saya…”,

dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan. “Enak ya rasanya…sudah lama kan tidak saya pijit”.

“Ah mas menggoda saja orang mau kerja”. Kedua puting dengan cepatnya mengeras, terasa sakit bercampur nikmat. “Ah….ah….enak sekali rasanya”,

saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilit kan ke tengkuk nya dari depan dan menngelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang.

Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam.

Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini.

“Aduh kamu sudah banjir sepertinya…..”, memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.

Mendadak saya merintih agak keras “ah…ah…!!” ketika dia memainkan bibir bawah saya., tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan.

Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.

Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah.

Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya

“ah…. ah… aduh mas…ah… saya tidak tahan…..enak sekali…”.

Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yg sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan.

“ah…ah…” dia mulai merintih kecil.

Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk masuk ke saya,

“gimana….enak…rasanya” katanya. “Ah…mas enak sekali….terus gerakkan mas… jangan berhenti…satu lagi mas…ah…!!” saya minta jari manisnya juga.

Saya mulai menarik celana dalamya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celana nya pun jatuh ke bawah.

Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap.

Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama.

Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu.

Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.

“Ayo mas…saya sudah tidak tahan lagi…..ah..ah..!!” saya memintanya.

“Mau apa kamu….bilang dong…” dengan nada menggoda.

Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina,

“ini….mau ini…cepat…ah..ah.. jangan buat penasaran….ah..!!” dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.

Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya,

“ah…ah… ayo terus mas….saya mau semuanya..ah”.

Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan belakang dengan berirama.

“ah…terus..terus mas… saya mau semuanya…ah.. sampai mentok mas.. ah”.

“ah..emm..enak tidak, mau semuanya ya..”, dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang enak sekali. Pinggul nya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat irama nya, tentu saja membuat saya tenggelam ke kenikmatan.

Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya,

“ah…ah…” saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.

Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya.

Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat.

Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimaks.

“Tunggu mas, saya mau sama-sama mas…ah..!!”, saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penis nya.

“Ah…mas.. ayo mas.. saya sudah mau keluar mas…ah..sama-sama…mas..!!”.

Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.

Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan , dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik “ah…nikmat sekali mas…sudah lama kita tidak begini”, dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. “Ah…”, dia merintih sedikit karena penisnya yg masih didalam saya jepit.

Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.

“Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti”, katanya dengan penuh arti.

Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.

Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya.

Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu di tutup saya menarik bagian rok saya yg masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yg ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat sexy dengan belahan di depan.

Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu.

“Jon tolong mampir ke hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor”.

Di lobby hotel tamu saya sudah menunggu, dia bersama wakilnya.

“Wah maaf pak Robert agak telat sedikit, tadi jalanan sedikit macet”.

Saya berbohong, padahal jalan tidak macet, tentu saya tidak bisa bilang bahwa saya telat karena menikmati sex di pagi hari.

Bapak Robert ini sepertinya masih muda dan tampan, badannya tegap dan tinggi. Masih muda sudah menjadi president suatu perusahaan yang lumayan besar.

Di mobil saya duduk di sebelah kanan, kemudian pak Robert di tengah dan wakilnya di kanan.

Sambil sedikit memiringkan badan masing-masing kami berbincang-bincang tentang kota Jakarta.

Sambil berbincang-bincang,

sesekali-kali dia mencuri pemandangan dengan melirik ke bagian dada saya yang belahan bajunya sedikit rendah ini. Saya tahu itu, tapi saya berpura-pura seperti tidak sadar dan juga saya tahu bahwa yang dia lihat adalah bagian yang menonjol dari balik baju saya di sekitar buah dada saya.

“Pak Robert sudah umur berapa putranya?”

saya sengaja menanyakanya untuk memastikan sudah berkeluarga atau belum. Dia tersenyum dan
“Saya belum berkeluarga bu”, sambil tersenyum.

“Kalau begitu bisa lebih santai dulu dong di Jakarta setelah kerjaan selesai” dengan nada memancing saya bertanya.

Tidak lama kemudian kami sudah sampai di kantor. Mobil berhenti dan supir membukakan pintu sebelah kiri. Wakil pak Robert turun dahulu dan kemudian dia, sambil bergeser saya juga menunggu untuk keluar, dan ketika saya memutarkan badan untuk mengambil tas saya yang ada di belakang kursi, belahan rok saya terbuka sampai pangkal belahan, tapi saya tidak sempat membenarkannya dan langsung ke luar. Di depan pintu pak Robert sudah menunggu saya untuk turun, dan dia pasti telah melihat pangkal paha saya dan bahkan mungkin telah lihat celana dalam saya yang hitam dan agak transparant itu.

Pintu lift di loby terbuka dan saya persilahkan Tamu saya masuk dahulu dan kemudian saya. Kantor saya ada di tingkat 30, di dalam lift tidak terlalu penuh, tapi di tingkat 3 banyak yang masuk sehingga kami mundur ke belakang. Karena penuhnya, saya terdorong sampai menyentuh pak Robert, “maaf pak Robert” saya minta maaf kepadanya.

Dalam lift saya merasakan tangan pak Robert yang menempel ke pantat saya, merasa tidak sopan, dia mengeser tangannya agar tidak menyentuh, tapi rupanya justru membuat posisinya semakin tidak enak. Bagian depannya langsung menempel ke bagian belakang saya. Saya merasa ada sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang saya, penisnya mengeras rupanya.

Belum sampai lebih jauh merasakannya lift terbuka dan kami harus keluar. Ruang rapat sudah siap dan saya persilahkan masuk, dan beberapa menit kemudian rapat dimulai. Ada dua hal kontrak yang kami bicarakan dan pada awal rencana kami akan menanda tangani kedua kontrak kerja, tapi setelah satu jam rapat berjalan ada satu hal yang harus dikonfirmasikan dan pak Robert minta ditunda sehari, akhirnya kami menandatangani satu kontrak kerja saja.

Untuk menjamu tamu, saya membuat appoitment untuk diner malam ini di hotel pak Robert jam 20 malam. Pak Robert dengan diantar oleh mobil saya kembali ke hotel.

Sore jam 16 saya bersiap-siap untuk pulang kerumah karena nanti malam ada diner dengan pak Robert. Ketika sampai di rumah ternyata ada pesan dari suami bahwa dia harus keluar kota dan baru kembali besok pagi.

Saya langsung menuju meja rias dan membuka baju untuk mandi. Setelah buka baju, saya duduk dahulu di kursi meja rias sambil membuka BH saya, dan sedikit istirahat dulu.

Saya merasakan kelembaban di celana dalam saya, dan merabanya dari atas celana, ternyata basah, naluri sex saya sedang tinggi. Dari selangkangan kaki, celana dalam saya geser sehingga tangan saya dapat menyentuh bibir bawah yang sudah basah ini, dengan halus saya mengelus-ngelusnya sambil membayangkan tadi pagi, tapi tiba-tiba imajinasi saya berubah seakan akan pak Robert yang muda dan ganteng itu sedang mencium dan menjilat vagina saya.

Cairan yang hangat dan licin semangkin membasahi, dengan tidak sadar jari telunjuk saya sudah masuk ke dalam vagina dan terus saya gerakkan keluar masuk dari vagina saya, “ah..ah..a.h..” saya mulai merintih dengan nikmatnya. Seperti kurang puas dengan jari, saya membuka laci meja rias dan mengeluarkan mainan saya.

Mainan ini berbentuk penis ukuran orang eropa dan bisa bergerak-gerak dengan memakai baterai. Mula-mula ujungnya saya tempel di ujung mulut vagina saya, “ah..ah!!”, denyut jantung mulai cepat dan saya mulai memasukkan nya perlahan-lahan sambil berimajinasi yang masuk itu penis pak Robert. Saya masukkan sampai habis, bukan main rasanya, seperti benar-benar melakukan sex, mainan ini bergerak terus di dalam badan saya. Saya mulai menggerakkan mainan perlahan dengan men keluar masukan ke vagina dengan berirama, seperti orang laki-laki sedang memasukan punyanya ke vagina wanita.

“ah…ah!!…ah ah ah..”, irama gerakkan mulai cepat dan cepat, saya pun mulai tidak sadarkan diri, sementara tangan kanan menggerakkan mainan, tangan kiri saya mulai meremas payudara kanan saya dan sambil memainkan puting yg sudah dari tadi mengeras.

Selama lima menit, terus saya mainkan mainan ini dan irama tangan pun semangkin cepat, dan saya sudah mendekati kelimax. “ah..ah… keluar!!..ah..ah”, tanpa saya atur pinggul saya bergerak menyentak dan mainan yg didalam saya jepit….

Cairan kental bening keluar banyak dari celah vagina yg masih dimasuki oleh mainan ini.

Kepala dan tangan, saya rebahkan di meja rias, sementara mainan penis ini masih bergerak di dalam vagina saya. Kurang lebih tiga menit kemudian saya mulai menarik maian yang masih bergerak dalam vagina saya, mainan sudah jelas basah dan licin oleh cairan saya.

Mainan saya bersihkan dengan tisue dan saya simpan kembali di laci, dan saya baru melepas celana dalam yg sudah basah ini dan melepas gartar, kedua stocking saya, dan menuju kamar mandi.
Saya pilih gaun biru gelap untuk diner malam ini.

Setelah memakai minyak wangi ke seluruh badan, saya mulai mengenakan stocking hitam dari kaki kiri dan terus saya tarik sampai setengah paha dan diteruskan dengan yang kanan. Saya lebih senang stocking model seperti ini dari pada panty socking, lebih praktis apabila ingin ke kamar kecil.

Gartarpun saya pilih yang hitam, dan saya jepit tali gartar ke ujung stocking yang ada di pertengahan paha. Saya pilih celana dalam hitam yang berbentuk sangat minim yang hanya pas-pasan menutupi bagian depannya, sedangkan bagian belakang hampir seperti tidak memakai celana dalam, hanya berupa garis yang menutupi belahan bagian belakang, sehingga dari luar baju tidak akan terlihat garis celana dalam.

Gaun malam saya bagian bawahnya panjang sampai ke mata kaki dengan dua belahan di samping sampai dua puluh centimeter dari atas lutut. Bagian punggung terbuka, dan bagian depan gaun dari dada terus ke atas dan bersimpul di kuduk kepala, tentu tidak berlengan dan belahan dada nya sampai setinggi bawah payudara, gaun hanya pas menutupi bagian payudara saja.

Gaun seperti ini tidak bisa memakai BH yg umumnya, biasanya hanya berupa cup saja.

Tapi saya kurang enak memakai BH yg hanya cup saja. Malam ini payudara saya langsung di tutup oleh gaun saja, tidak memakai BH.

Setelah merapih kan gaun dengan melihat dari kaca setinggi badan kemudian saya memilih sepatu untuk malam ini. Saya pilih warna hitam bludru dan dengan hak yang tinggi.

Supaya tidak kelihatan sepi bagian atasnya, saya pakai anting berbentuk bulat seperti gelang yang tipis dan bross bentuk daun di dada kiri. Lipstik saya pilih warna merah ross dan di tambah dengan lips gloss agar lebih kelihatan mengkilat dan tidak kering.

Jam sudah menunjukkan pukul 19:00, saya harus berangkat sekarang.

Malam ini saya bawa mobil sendiri, supir sudah saya suruh pulang karena besok pagi dia harus jemput suami pulang.

Mobil sudah di siapkan dari dalam garasi, mobil ini hadiah dari suami yg bisa di hitung oleh jari di Jakarta ini. Mobil sport warna merah buatan Italy, jarang saya pakai kalau siang karena menyolok.
Jalanan tidak terlalu padat, dan sekitar setengah jam sudah sampai di hotel.

Dari lobi hotel saya menelpon ke kamar pak Robert,

“pak Robert saya tunggu di lobi ya”.

Pak Robert minta waktu sebentar untuk turun, kira-kira sepuluh menit kemudian dia turun dan menemui saya.

“Wah maaf bu menunggu agak lama”, sambil memandang saya dengan mata seorang laki-laki muda yang penuh arti.

“Maaf pak Robert, bapak tidak bisa hadir malam ini karena dia ada urusan penting ke luar kota, salam saja darinya semoga bisnis kita bisa jalan dengan lancar”.

“Oh tidak apa, tapi kasihan juga ya ibu sering di tinggal suami, apa tidak kesepian?”.

Saya balas dengan senyuman. Kami pilih restoran jepang Teppanyaki. Dengan kursi yang mengelilingi meja penggorengan yang lebar, kami duduk di bagian tengah, dan memang hanya kami berdua di situ karena sudah di reserve.

Tidak lama koki yg akan meladeni kita datang dan kami memilih menu nya. Sementara kami menunggu makanan sampai jadi dan melihat atraksi si koki yang sangat khas ini, kami berbincang bincang, dari cerita ringan sampai mulai cerita soal bisnis.

Tidak lama kemudian masakan siap dan kita mulai makan sambil meneruskan perbincangan kami.

“Wah saya kurang mahir memakai sumpit”, dan memang pak Robert kelihatannya kurang mahir untuk mengambil makanannya. “Cara memegangnya begini pak, jadinya tidak jatuh dan tidak capai tangannya”,

sambil membetulkan jarinya memegang sumpit. Sepertinya agak lumayan sekarang tapi dia senang rupanya sekarang, tapi di bagian akhir dia berusaha mau mengambil udang yang sudah matang itu, dan berkali-kali jatuh karena licin. Karena kasihan, saya bantu ambilkan dengan sumpit saya dan suapkan ke mulutnya, mukanya sedikit merah karena malu sepertinya, saya tersenyum.

Setelah selesai makan, pak Robert saya ajak ke pub yg ada di hotel ini,

“bagaimana kalau kita pindah tempat ke pub di atas untuk berbincang-bincang”.

“Boleh bu”, dia menurut saja. Hari ini sepertinya agak ramai, dan banyak tamu orang barat, sehingga kami tidak dapat meja, terpaksa kami duduk di bar nya.

“Ibu mau minum apa?”, sambil menunjukan menu ke saya.

“Terserah pak Robert deh, kan anda lebih tahu yg enak”, dan akhirnya dia pesan cocktail dengan campuran dasar gin.

Agak keras, tapi enak rasanya. Sementara kami berbincang bincang, suasana semangkin ramai, musik berirama cepat terus mengalir dan yg turun untuk berdansa di dance floor semakin ramai, begitu asiknya berbincang-bincang saya tidak ingat sudah berapa gelas saya tambah minum, yang jelas lumayan banyak, soalnya mulai terasa alkohol naik ke

kepala. Mendadak musik berhenti dan disusul dengan alunan musik yg slow, yang berdansa pun sedikit berkurang, pembicaraan kami pun terputus sejenak.

“Pak Robert mau turun?”, sebelum dia sempat menjawab, saya sudah tarik tangannya.

Awalnya kami berdansa dengan sedikit mengambil jarak, tangan kanan saya memegang tangan kirinya, dan tangan kiri saya melilitkan ke pinggang dia, begitu juga dia.

Sambil iringan musik yg slow terus mengumandang, kami meneruskan pembicaraan.

Ketika kami mulai berhenti berbicara, saya mencoba mendekatkan badan ke dia, dan rupanya dia menyesuaikan diri juga. Dengan perlahan tangan kanan saya lepaskan dari tangannya begitu juga tangan kiri saya lepas dari pinggangnya dan melingkarkan kedua tangan saya ke belakang pinggangnya, dan dia pun mengikutinya, tapi dia melingkarkan tangannya agak ke atas, sehingga terasa sentuhan tangannya yang hangat itu ke bagian punggung saya yang terbuka itu. Suasana semakin romantis, dan kami makin merapat.

Saya merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat, saya pun sama, apalagi payudara saya yang tanpa BH itu menempel dengan rapatnya ke dadanya, puting saya terasa mengeras yang hanya ditutupi sehelai kain sutra yang tipis, dia pun pasti merasakannya. Dia pun bereaksi, terutama ketika saya menekankan bagian bawah saya ke dia, penisnya mengeras dan terasa agak besar miliknya.

Kepala saya rebahkan ke dadanya, dan kini sementara tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser kekanan hingga ujung salah satu jarinya menjentuh bagian payudara saya yang sedikit tidak tertutup dari celah samping belakang gaun saya.

Saya sedikit mendesah sambil menutup mata, tapi sepertinya dia tidak dengar.

Sampai beberapa saat terus kami dalam posisi begini, dan tidak ada satu kata pun yang keluar dari kami.

Musik berhenti, rupanya waktu istirahat untuk pemain band, dan kami pun kembali ke bar tempat semula kami duduk. Waktu telah menunjukkan pukul 23:30.

Saya kembali berbicara mengenai bisinis, “Saya rasa tidak ada yang kurang lagi dengan kontrak kerja kita yang kedua itu dan percayalah sama saya”, dengan nada meyakini nya.

“Coba kita lihat lagi sama-sama kontraknya, mungkin ada yg saya bisa bantu lebih jelas”, sekali lagi saya meyakinkannya. “Kalau begitu saya ambil dulu surat kontraknya dan kita ketemu di loby”,
ucapnya. “Kalau pak Robert tidak keberatan kita langsung saja ke kamar bapak dan kita bahas di sana”. “Boleh, kalau ibu mau silahkan”.

Selama perjalanan kami tidak ada pembicaraan. Kamar dibuka dan kami masuk, di dalam keadaannya rapih dan luas dan memang ini sweet room.

Dia menuju tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidur sambil mengambil tas kerjanya untuk mengambil dokument, sementara itu saya mengikutinya dari belakang, dan menyalakan radio yang ada di dekat tempat tidurnya, alunan musik yang lembut memenuhi ruangan, dan saya kemudian duduk di sampingnya. Karena tempat tidur agak rendah posisinya, belahan samping baju saya terbuka lebar, tapi saya biarkan saja.

Sambil membuka buka dokument, sebentar sebentar dia mencuri pemandangan paha saya yang kelihatan dari belahan gaun. Saya berusaha menerangkan satu persatu pasal-pasal yang dia anggap ragu, tapi sepertinya dia sudah tidak terlalu konsentrasi lagi.

Tidak lama setelah saya menjelaskan semuanya tiba-tiba dia mengambil ballpoint dari tas nya dan, “Saya tandatangan malam ini saja deh” sambil tersenyum, “pokoknya saya percaya deh dengan perusahaan ibu”, dan dia pun menandatanganinya. Saya balas dengan berjabat tangan.

“Ibu mau minum apa?, wah hanya ada beer dan wisky saja tapi”, dengan nada kecewa.

“Kalau begitu saya minta scotch saja deh”. Dia mengangguk dan menyiapkan dua gelas dan mengeluarkan es dari kulkas. Sementara itu saya minta izin mau ke kamar kecil.

Di dalam kamar kecil yang jadi satu dengan kamar mandi dan dengan kaca yang besar saya merapihkan baju dan merapihkan rambut dan menambah lipstik lagi yang mulai pudar.

Ketika selesai saya merasa tidak enak di celana dalam saya, dan ketika saya mau membenarkan, bagian depannya saya pegang, ternyata basah. Mungkin tadi waktu kami dansa dan saya terangsang sampai basah. Saya bingung, bagaimana ya, dipakai terus tidak enak rasanya. Akhirnya saya putuskan untuk melepaskannya dan saya masukkan ke dalam tas kecil saya.

Begitu saya keluar, pak Robert baru selesai membuatkan scotch untuk berdua. Saya ambil gelas yang satu dari tangan dia dan terus berjalan menuju jendela sambil melihat pemandangan diluar, sudah pukul 0:30, jalanan sudah tidak banyak mobil, sementara itu dia duduk di ujung tempat tidur sambil memandang saya dari belakang.

Saya baru sadar di depan saya ada lampu dinding yg agak terang, rupanya dia lihat bayangan badan saya yang samar-samar kelihatan dari balik gaun. Tapi saya diam saja tanpa reaksi terus memperhatikan jendela.

Tidak lama dia melepas jasnya dan berdiri menghampiri saya, tapi di tengah tengah dia berhenti dan dengan suara agak ragu dia bertanya kepada saya, “Mau kah ibu dansa lagi dengan saya di sini?”.

“Emm, enak juga ya mungkin, lagunya juga enak dan tenang lagi ya, boleh”, saya membalasnya sambil mendekatinya. Minuman saya letakkan dan langsung kami berdansa.

Kali ini kami langsung merapat dan saling merangkul pinggang pasangan masing-masing.

Semakin lama suasana semangkin romantis, kepala saya sudah merebahkan ke dadanya, dan bagian bawah mulai saya tekan ke dia, reaksi sudah kelihatan, punyanya mengeras.

Puting saya sudah dahulu mengeras dan sangat kencang terasa. Seperti ingin lebih merasakannya, kedua tangannya mulai turun ke bawah dan memegang bagian pantat saya dan mendorongkannya ke badan dia sehingga lebih terasa bentuk penisnya yang menekan bagian bawah saya.

Tangannya mulai mengelus ngelus pantat saya dari luar gaun saya sambil terkadang meremasnya, saya tidak menunjukkan reaksi apa-apa, berarti ada lampu hijau dari saya, dia terus melakukannya berkali kali, dan saya tetap diam sambil merasakan kenikmatan.

Tidak lama kemudian kedua tangannya bergeser ke bagian pangkal belahan gaun di pertengahan kedua paha saya, dan dengan cepatnya kedua tangannya menyelinap ke dalam belahan gaun dan mencoba memegang pantat saya dari dalam. Dia mulai meraba-raba pantat saya seakan mencari sesuatu.

Sepertinya dia mencari celana dalam saya, padahal saya sudah tidak pakai lagi. Begitu dia sadar bahwa saya tidak memakai celana dalam, wajahnya sedikit kaget, tapi hanya sejenak, bahkan dia lebih berani lagi dengan menggerakkan tangan kanannya kebagian depan saya, mengelus rambut bawah dan jari telunjuk dan tengahnya turun lebih bawah lagi tepat di bagian belahan depan. Dengan kedua jarinya dia membuka bibir bawah dan menjepit kacang saya.

Dia tahu saya sudah banjir. Ketika dia sekali lagi memainkan bagian kacang, mendadak kepala saya bangkit dari dada nya dan menghadap mukanya dengan jarak yg sangat dekat dan keluar suara rintihan saya sambil menutupkan mata, “ah…”.

Belum sempat saya menutup mulut, bibirnya langsung mendarat di bibir saya dan menciumnya. Saya sengaja bukakan mulut saya agar dia lebih dalam mengecup saya.

Lidahnya mulai memasuki bibir dan terus masuk ke mulut, Saya pun bereaksi dengan mengulurkan lidah saya, lidah dan lidah saling menyaut dan menghisapnya. Sampai beberapa saat kami saling bercumbu. Seakan sudah diberi lampu hijau dari saya, dia bertambah agresif.

Tangan kanannya kembali melingkar ke belakang saya dan bersama tangan kirinya kembali meremas remas pantat saya sambil terkadang mendorongnya ke depan sehingga menekan bagian depannya, sementara kami tetap saling bercumbu.

Tangan yang sejak tadi melingkar di pinggang pak Robert mulai saya lepas dan tangan kiri saya gerakkan menuju depan celananya, dan meraba raba seperti mencari sesuatu.

Sampai juga yang saya cari, resleting celananya saya tarik kebawah perlahan lahan, kemudian tangan segera menyelinap ke dalam celananya, dan terus menuju kedalam celana dalamnya. Penisnya sudah tegap dari tadi, ukurannya cukup besar, segera saya genggam dan tangan saya gerakan ke atas dan ke bawah perlahan lahan secara berirama.

Seperti ada reaksi dari tangan saya, dia sedikit menggigit bibir saya, dia mulai terangsang rupanya, sementara tangan kiri saya tetap bergerak berirama menggenggam penisnya.

Tidak lama kemudian dari ujung penisnya membasah, terasa dari jari telunjuk saya yg mengusap ujung penisnya, terasa licin dan lengket.

Bibirnya mulai bergeser dari bibir saya menuju pipi dan terus ke daun kuping saya.

Seperti mengemut permen, daun kuping sekitar anting kanan saya di kulumnya dengan lembut dan suara nafasnya yang memuncak sangat jelas terdengar di kuping saya. Tidak lama kemudian bibirnya pindah mengecup leher sebelah samping di dekat kuduk saya dan terkadang mengecup sambil menyedotnya. “ah..ah..”, saya berdesah lagi.

Ketika asyik mengecup leher saya, dia melihat simpul baju ysng persis di kuduk saya, segera kedua tangannya yang berada di pantat saya naik keatas menuju simpul itu dan dia mulai membuka nya, dengan mudah simpul terlepas dan gaun bagian depan dengan sendirinya lepas dan jatuh ke bawah.

Buah dada yang sebelumnya tertutup gaun, sekarang terlihat jelas keduanya dan puting yang sudah mengeras dari tadi jelas terlihat.

Sedikit membungkuk, bibirnya menuju buah dada saya yang kanan dan mengecup putingnya. “ah…ah…”, saya benar benar terangsang. Tangan kirinya kembali meremas pantat saya dan yang kanan menuju buah dada yang kiri dan meremas dengan lembutnya.

Dia memaikan puting kiri dengan bibirnya, menghisap, mengecup, mengkulum dan terkadang menggigit dengan ringan. Saya tidak bisa menjelaskan nikmatnya dengan kata-kata.

Lidahnya pun terkadang keluar untuk menjilat puting dan sekitarnya yang berwarna kemerah mudaan. Jari telunjuk dan tengah tangan kananya memainkan puting kiri saya dengan menjepitnya.

Seperti tidak ingin dihalangi apa-apa, tangan kanannya yg berada di pantat saya segera menarik ke bawah gaun saya yang sudah setengah terbuka itu, langsung saja seluruhnya jatuh ke lantai. Tinggal gartar dan stocking yang melekat pada badan saya.

Saya berlutut di depannya dan memberi kesempatan untuk membuka dasi dan kemejanya.

Sementara itu saya mulai membukakan celananya, dengan segeranya jatuh ke bawah, dan terus menurunkan celana dalamnya. Sekarang saya dapat melihat jelas penisnya.

Saya mendekat dan dengan telapak kanan, kantong di bawah penis saya elus dengan halus, “oh..oh..”, dia terangsang rupanya. Ujung penis saya kecup beberapa kali dan dengan ujung lidah saya jilat belahan yang ada pada ujung penisnya.

Memang benar, cairannya mulai keluar sedikit dari ujung penis, terasa asin.

Pinggulnya saya pegang dengan kedua tangannya agar lebih mantap melakukan oral.

Kepala penis saya masukkan ke mulut dan berkali kali saya kulum dan di hisap. Setiap kali saya hisap dia merintih. Sudah dari tadi dia melepaskan kemejanya, dan sudah tidak ada satu kainpun yang melekat di badannya.

Setelah puas memainkan kepala penisnya di dalam mulut, saya mulai lebih memasukkan penisnya kedalam mulut perlahan lahan sampai ke pangkal penis, masuk semua ke dalam mulut saya. Saya berhenti sejenak untuk menikmatinya dan sementara itu kedua tangannya membelai belai rambut saya. Saya mulai mengerakan mulut saya dengan mengeluarkan dan memasukan penis nya dari mulut saya dan sekali sekali saya hisap ujungnya. Seakan sedang makan es mambo dengan nikmatnya, terus saya gerakkan berirama.

“ah…ah..nikmat sekali…ah…”, dia merintih. Sesekali-kali saya melirik ke atas melihat wajahnya yang sudah hanyut di kenikmatan, saya pun sudah terangsang dan benar benar lupa segalanya.

Sepertinya sudah lama dia tidak melakukan sex, tapi saya tahu dia pengalaman.

Cukup lama saya melakukan oral, dan dia bertahan rupanya, tapi tidak lama kemudian kakinya mulai gemetar, tidak kuat berdiri lagi rupanya.

Dia menarik saya untuk berdiri, dan setelah itu dia mendorong saya sedikit ke belakang dan mendudukkan saya di tepi tempat tidur.

Sekarang dia gantian berlutut, saya sudah tahu apa yang akan dia lakukan, tanpa diminta saya membuka kaki lebar-lebar sehingga selangkangan terlihat jelas.

Kepalanya mulai mendekati selangkangan saya dan terus memendamkan kepalanya tepat di daerah bibir bawah, lidahnya berusaha membuka belahan saya dan terus menjilat kacang saya berkali kali,

“ah..ah..ah!!” saya merintih agak keras. Dengan bibirnya dia mengecup dan mengkulum kacang saya beberapa saat. Dari situ dia mula menjilat mulut vagina dan mengecupnya. dia menghisap cairan yang sudah dari tadi membasahi vagina saya dan menelannya seakan meminum air, cairan dari dalam vagina semakin banyak keluar, tanda sudah siap untuk tahap selanjutnya.

Lidahnya menjulur memasuki mulut vagina dan terus kedalam, “ah..ah!!..” saya merintih tidak tahan dan meremas-remas kepalanya. Seakan ada suatu mahluk hidup yang masuk ke dalam vagina dan bergerak-gerak. Dia memang sedang memainkan lidahnya di dalam vagina saya.

Saya tidak kuat lagi bertahan untuk duduk, akhirnya saya merebahkan diri, sementara itu dia masih terus memainkan vagina saya dengan lidahnya, saya merintih berkali kali.

Akhirnya kepalanya menjauh dari selangkangan, berdiri dan naik ke tempat tidur untuk bergerak lebih jauh lagi.

Kami sudah berada diatas tempat tidur, dia mulai menghampiri saya yang sudah terlentang dari tadi.

Dia mengambil posisi di atas saya dan dengan halusnya mengecup dan kami saling bercumbu, mengkulum lidah saya di dalam mulutnya, saling bertukar air liur seakan menikmati suatu masakan.

Bibirnya bergerak keleher dan terus mengecup, saya merintih tidak henti hentinya dan dia menikmati rintihan saya. Bibirnya terus mengecup kebawah sampai ke pangkal belahan buah dada saya, dan kedua tangannya terus meremas dan memainkan buah dada saya, sesekali menjilat puting.

Sementara sedang menciumi kedua buah dada saya, salah satu tangannya menyelinap ke bawah bantal dan seperti mengambil sesuatu. Saya tidak begitu sadar saking nikmatnya suasana. Bibirnya kembali bergeser ke atas dan menciumi belakang daun kuping saya.

Sementara itu salah satu tangannya yang sedang menggenggam sesuatu dia turunkan ke bawah, tidak lama kemudian saya ada kesempatan melihat ke bawah badan saya.

Dia sedang menyobek plastik kecil, dia sedang membuka kondom, dan sedang menyiapkan diri untuk dipakai. Tangannya yang memegang kondom saya tangkap dengan tangan saya.

Bibir saya segera menuju daun kupingnya dan saya kecup beberapa kali dan kemudian sambil sedikit merintih berbisik kedia,

“tidak usah pakai itu…..tidak apa-apa….masukkan saja….ah..ah..”. Dia membatalkan untuk memakai kondom.

Penisnya sudah berada di ujung vagina, dan mulai memasukkan kepala penisnya, dan saya merintih keras. Kepala penis digerak-gerakan, membuat saya kehilangan kontrol.

“masukan semua….ah…”, saya meminta. “keluarkan di dalam saja”, sekali lagi saya meminta. Saya ingin dia menyelesaikan klimaxnya didalam, ingin merasakan cairan panas kental itu masuk ke dalam tubuh.

Seperti sudah mendapat izin, dia terus menekan penisnya mendorong ke dalam vagina.

Saya merasakan penisnya yang besar itu terus masuk lebih dalam. Dia masukkan semua sepertinya, saya merasa ujung penisnya mencapai bagian paling dalam vagina saya.

Tentu saya merintih rintih tanpa henti dan memeluk badannya untuk bertahan.

Dia mulai menggerakkan pingulnya dan terasa penisnya bergerak keluar masuk vagina saya. Suara seperti orang jalan di tempat becek terdengar, bunyi dari gesekan penisnya dengan ujung vagina yang banjir.

Sambil bercumbu, gerakkannya semakin cepat. Pinggul saya pun ikut menyesuaikan gerakkannya.

Terus menerus saya merintih. Sesekali dia menjilat dan menghisap puting saya yang berdiri menantang dan keras itu.

Mendadak dia memeluk badan saya agak kuat, dan kami merubah posisi dengan memutar badan kami. Dia terlentang dan saya berada diatas nya. Seperti menunggang kuda, saya duduk di atasnya dan penisnya tetap berada didalam saya. Sekarang saya yang mulai menggerakkan pinggul, dia kelihatan menikmatinya, terlihat dari wajahnya. Sementara pinggul saya bergerak semakin cepat.

Saya pun merintih karena nikmatnya. Saya paling senang posisi begini. Terasa penisnya masuk lebih dalam dan memang saya merasakan ujung penisnya berada di bagian paling dalam vagina. Sesekali saya jepit penisnya yang sedang berada di dalam.

Beberapa menit kemudian dia merintih agak keras,

“ah!!..saya tidak tahan…ah!”.

Saya pun sudah mendekat klimax, “keluarkan di dalam…ah!!… cepat sekarang!”.

Cairan panas terasa keluar di dalam saya, dan saya pun sampai puncaknya.

Kami benar-benar menikmatinya sampai akhir.

Saya mulai merebahkan diri ke badannya, detak jantung kami terasa masih kencang, dan penisnya masih di dalam saya.

Dia mencium bibir saya yang masih benafas dengan kencang, sayapun menjawabnya dengan mengecup bibirnya.

Pukul empat pagi saya terbangun, saya masih bersama pak Robert di temapt tidur tanpa sehelai baju.

Dia hasih tidur dengan lelapnya, saya berdiri dan menuju kamar mandi dan mandi. Saya juga membersihkan bagian dalam saya, terasa air mani nya sedikit masih tersisa di dalam.

SELIMUT HANGAT



OMPOKER_ Awal berdirinya perusahaanku aku termasuk karyawan pertamanya. Pada waktu itu aku seorang karyawan sebuah pabrik pembuatan saos di kota Pekalongan, posisiku adalah sebagai supervisor bagian marketing sesuai dengan ijasahku di bidang ekonomi-akuntansi, kini pengalaman ini aku tulis aku menduduki salah satu jabatan direktur di perusahaanku. 

Sebagai seorang supervisor tentunya aku mempunyai beberapa staff yang sebagian besar perempuan. Dalam merekrut karyawan tentu aku yang banyak menentukan kriteria seorang calon karyawan.

Yang pertama adalah menarik, diutamakan bila cantik. Pendidikan paling rendah SMA, tinggi badan terendah 155 cm dan tentunya tidak terikat oleh perusahaan manapun. Mau bekerja full time bila perusahaan membutuhkan dan bersedia bertugas ke kota lain bila order berlimpah.

Kriteria itu aku kirimkan ke sebuah surat kabar terkenal dan hasilnya banyak sekali pelamar yang berminat bahkan melebihi dari kriteria yang aku butuhkan, mereka sarjana semua seperti aku. Di awal berdirinya perusahaan hanya membutuhkan 10 karyawan, 1 diantaranya seorang laki-laki. 

Karyawan laki-laki aku kirim ke luar kota untuk merintis bagi masuknya order baru. Ternyata pilihanku tidak salah, karyawanku itu ternyata pandai menarik order sehingga perusahaan kebanjiran order.

1 dari 9 staffku bernama Shariffa dipanggil dengan Iffa. Selain cantik, kulitnyapun putih mulus dengan sorot mata yang menawan sehingga membuat jantungku berdegub-degub bila dekat dengannya. Dia sudah bersuami, suaminya kini tergolek lemah dirumah akibat kecelakaan yang dialaminya sehingga membuatnya lumpuh. Santunan yang diberikan dari perusahaan suaminya berkerja habis untuk berobat suaminya.

Kejadian itu sudah hampir setahun yang lalu, lambat laun kondisi keuangan mereka menipis itulah yang membuatnya harus mencari kerja untuk menghidupi keluarganya, merawat suaminya diserahkan kepada ibu mertuanya. Untung mereka belum dikaruniai anak, sehingga Iffa leluasa untuk mencari kerja, meninggalkan sang suami tercinta dalam perawatan ibundanya.

Pengalaman hidupnya diceritakan kepadaku ketika kami berhenti untuk makan di rumah makan dalam perjalanan menuju ke Jogja. Hanya kami berdua, sopir yang kami pakai minta ijin karena keponakannya akan disunat. Di Jogja kami langsung menemui beberapa klien kami untuk melakukan transaksi, kalau dihitung ada puluhan toko yang berhasil kami tambah ordernya hal yang sangat luarbiasa bagi karierku.

Kami menginap disebuah losmen di sekitar daerah Maerokoco di jalan Jogja-Magelang. Mobil kijang yang kami pakai aku belokkan masuk ke halaman parkir losmen, untuk itu perusahaan mempercayakan aku membawa salah satu dari beberapa mobil terbaiknya.

“Mas satu kamar saja,” kata Iffah kepadaku ketika kami hendak keluar dari mobil.

“Kenapa?” Seraya aku melirik kearahnya, tampak dia tersenyum sambil menyibak rambutnya yang tergerai.

“Biar ngirit, uang kamarnya bisa aku belikan obat untuk suamiku.”

“Oke, baiklah kalau begitu istri yang baik.”

“Ah, jangan begitu dong,” sambil mencubit pahaku.

“Eit, jangan ketengah-tengah lho,” aku menggoda.

“Ih mas nakal ah.”

Gurauanku yang hanya sesaat ternyata ditanggapi lain oleh Iffah, tanpa sepengetahuanku rona wajahnya berubah memerah. Wajar, hampir setahun tubuh mulus itu sudah tidak terjamah oleh suaminya. Lalu kami keluar dari mobil menuju ke resepsionis dan mendapat kamar dengan satu ranjang. Seorang belboy atau pelayan mengantar kami dan membukakan pintu.

“Masih ada yang bisa saya bantu pak?”

“Tidak,” seraya aku mengulurkan satu lembar uang sepuluh ribu, “terimakasih mas” kataku.

“Saya juga terimakasih pak,” kata pelayan itu seraya menerima uang yang aku sodorkan.

“Aku mandi dulu ya?”

“He-eh,” gumamku sambil mengeluarkan beberapa pakaian untuk diletakkan kedalam lemari.

Rencananya kami di Jogja selama dua hari. Ketika aku menoleh kearah kamar mandi, ternyata pintunya tidak ditutup selang beberapa saat kemudian terdengar dia memanggilku,

“Mas”

Berlahan aku beranjak kearah suara dari dalam kamar mandi, ‘DEG..!’ jantungku serasa mau meloncat ketika aku sampai di pintu tampak Iffah hannya mengenakan beha dan celana dalam berwarna merah saja. Mataku melotot memandang lekat-lekat kepayudaranya yang masih tertutup beha ukuran 34, menggantung indah. 

Sementara pelan mataku menyapu kebagian bawah tampak selangkangannya menonjol berbalut celana dalamnya. Dibaliknya tersebunyi rambut-rambut tebal dan dengan malu-malu Iffah menggeser salah satu kakinya sehingga tampak belahan tempeknya samar-samar.

“Mandi bareng mas”

“Y-Ya,” kataku gugup.

“Koq diem saja, lepas dong.”

Seperti kerbau dungu, aku melepas pakaian yang aku pakai.

“Ah-h!”

Iffah terpekik ketika aku melepas celana dalamku, tampak kontolku tegak menjulang. Suatu anugerah yang tidak aku bayangkan, aku memiliki kontol berukuran long size. Mendekati angka 19.5 cm dari pangkal atasnya ditambah bundar bagian bulat kepala kontolku yang aduhai. 

Rambut didadaku yang merambat turun menghiasai seputar pangkal kontolku. Kepalanya yang bundar besar tidak dapat menutupi bahwa memang aku memiliki kontol seukuran pisang ambon besar, sungguh duakali ukuran standar yang tinggi badanku 170 cm dan berat 62.5 kg.

“Ahhh..!” Iffah bergumam lirih didalam kamar mandi berukuran 2×2 meter ketika aku masuk mendekat.

“Segede ini mas punyamu,” mukanya memerah menahan nafsu birahi, napasnya mulai memburu memperlihatkan sepasang payudaranya yang berukuran 34B bergetar-getar. Terasa kelembutan telapak tangannya ketika dia menggenggam batang kontolku, “tidak sebanding dengan suamiku, hhmm..” kedua tangannya meremas lembut hingga bagian kepala kontolku.

“Bagaimana?”

Sambil aku mengusap rambutnya, sementara pandangan Iffah tidak lepas dari kontolku yang dirmasnya dengan lembut.

“Gedhee sekalee gito loh!”

Aku mengangkat wajahnya, dia menatap tajam kearahku. Api birahi terlihat dari sorot matanya yang nanar tajam menusuk kedalam kornea mataku. Aku tidak perduli, aroma parfum dan dan bau keringat sudah bercampur jadi satu. Untung saja mobil yang kami pakai ber-AC dan berparfum sehingga kami tidak bermandi keringat ketika kami putar-putar Jogja untuk menemui klien kami.

Sekian lama semenjak suaminya menderita lumpuh, Iffah menghabiskan hari-harinya untuk mengurus suaminya. Kelumpuhan yang menimpanya membuat suaminya tidak mempu menjalankan tugasnya sebagai seorang suami dan laki-laki. 

Kini, kerinduan akan sentuhan seorang laki-laki menohok jantungnya. Iffah kuatir dan takut keluguan dan kealimanku dimatanya akan menolak ajakannya. Wow justru sebaliknya, dengan semangat juang tinggi dan birahi yang meledak-ledak aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

“Hhmm.. ssstttt..” aku menjatuhkan bibirku dan mendapat sambutan hangat dari Iffah. Sebentar dia melepaskan genggaman kontolku dan melingkarkan naik kedaua tangannya kearah leherku. Kedua tanganku merayap diseputar punggungnya sementara bibir kami saling berpagutan, lidah kami saling meliuk-liuk. Sementara kontolku yang besar menekan lembut selangkangannya.

“Hm-mmh…!!!”

Iffah melenguh, napasnya terasa hangat menerpa ujung hidungku ketika aku menekan pinggulku ke selangkangannya sehingga batang kontolku menekan permukaan tempeknya. Pandangannya gelap, besar, sangat besar kontol ini pikirnya penuh birahi. Kontolku meliuk-liuk dalam jepitan pinggulku dan selangkangannya membuat keluar cairan bening dari kepala kontolku.

Kami terus berpagutan, lidah kami meliuk-liuk penuh nafsu, sementara air liurku dan air liurnya sudah bersatu membasahi kedua mulut kami. Tak ketinggalan kontolku melesat kesana-kemari di permukaan celana dalamnya. 

Aku berusaha melepas tali beha yang dipakainya, tersibak sepasang payudaranya dan aku meremasnya dengan lembut. Ciumanku merayap turun kepermukaan puting susunya yang aku jepit menggunakan sepasang bibirku.

“Sssttt..tt..mmaa… sss..” dia mencengkeram kedua pundakku.

Sementara bibir dan hidungku asyik di sepasang payudaranya, telapak tangannku berlahan menarik turun celana dalamnya. Iffa hanya bersandar pada bak air kamar mandi dengan muka dan mulutnya mendesah.

“Terruss.. sss… masss..!!”

Ciumanku merayap turun, cairan keluar dan meyayap turun dari liang vaginanya ketika lidahku mulai bermain di klentitnya.

“Ah..hh..nikk..kk..mm..aat..!!!”

Iffah terdongak seraya sedikit membungkuk manakala klentitnya dengan menggunakan bibirku aku tarik dengan lembut keluar lalu ujung lidahku menjilat sambil memutar-mutarnya.

“Pppp.. fff… fff….!!!”

Crot..crot..crot…!! Iffah terkulai sambil memelukku dia sudah orgasme. Tangannya menuntunku keatas ranjang, menyuruhku duduk ditepian dengan dia berlutut dan tangannya menggenggam kontolku sesaat lidahnya mulai berputar-putar di kepala kontolku yang telah mengeluarkan cairan. 

Berlahan genggamannya bergerak naik turun mengocok-ngocok kontolku yang berkilat-kilat akibat cairan birahinya.

“Ahh-h”

Melihat aku terengah-engah Iffah menghentikan kocokannya, kontolku sampai memerah dan berdenyut-denyut.

“Dimasukkan mas,” Iffah bergegas naik keranjang dan terlentang, membuka kedua kakinya lebar-lebar sehingga tempeknya membuka bagaikan buah durian yang disibak.

“Ahh-h,” dengan bimbingannya kontolku mengarah kedinding vaginanya. Kepala kontolku menyeruak masuk menembus hingga pangkal vaginanya. Hangat, licin dan berdenyut-denyut mencengkeram batang dan menjebak dalam-dalam kepala kontolku. Dengan memeluknya erat aku mempermainkan pinggulku naik turun.

“Sssttt.. ttt… nnni.. kk..mmaatt… sssstt..” Iffah turut memutar-mutar pinggulnya, sementara kontolku yang berukuran jumbo tercengkeram erat oleh vaginanya yang biasanya dimasuki oleh kontol suaminya yang berukuran standar.

Iffah menekan kuat pinggulku dengan kedua tangannya tapi karena panjangnya 19.5 cm maka 3/4 saja yang masuk, itupun Iffah sudah sangat-sangat merem-melek. Luar biasa kontol yang aku miliki, kesombongan melintas dalam benakku. Tapi yang namanya pengalaman merupakan modal yang utama selain besarnya kontolku.

Tidak sampai lima belas kali sodokan tiba-tiba crot-crot-crot aku menembakkan spermaku, melihat itu Iffah tidak tinggal diam. Kedua kakinya menelikung dipinggulku, mendekap sangat erat dan crot-crot-crot diapun orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Ennaaakk..gila!”

“Mau telpon siapa?” Kataku disuatu pagi ketika kami merencanakan untuk kembali ke Pekalongan.

“Telpon rumah,” katanya dengan manja sembari tiduran di ranjang losmen.

Mataku memandang payudaranya dalam balutan kaos berwarna biru ketat. Dibagian pusarnya terlihat dan resletting celana jeans-nya tidak dikancingkan sehingga celana dalamnya yang berwarna biru terlihat sangat kontras dengan warna kulit tubuhnya yang putih mulus.

“Kangen?” Selidikku dengan nadah cemburu, aneh padahal toh dia akan menelepon suaminya.

Suaminya yang sah dan aku cemburu justru akulah yang aneh, tapi itu tidak aku sadari. Aku menelan ludah manakala tanpa sengaja Iffah menggeser badanya sehingga resletting celananya semakin melorot sampai kedasar, hanya tinggal menunggu ditarik turun maka terbukalah semuanya.

“Mau bilang kalau aku pulang tiga hari lagi,” dia melirik manja kearahku dan mungkin dengan sengaja sedikit menurunkan belahan celananya dan telapak tangan kirinya merayap kepermukaan celana dalamnya yang berwarna biru, lalu terdengar dia berbicara dengan seseorang di telepon genggamnya. Aku hanya melongo, pintu lemari yang hendak aku buka aku tutup kembali.

“Pa, masih ada orderan yang harus aku selesaikan nih. Aku balik tiga atau empat hari lagi, gimana kabarnya?”

Iffah diam sedang mendengar suara balasan dari HP-nya.

“Aku hati-hati deh pa, da.” Lalu dia memandang kearahku, aku hanya melongo didepan lemari.

“Tiga hari lagi kita pulang, oke?”

Iffah melepas kaos yang dipakainya beserta behanya, membuat payudaranya yang bulat kenyal terbuka, sementara celana jeansnya sudah hampir 1/3 melorot kebawah.

“Ayo, kita mulai lagi”

Aku merayap di dadanya dengan tidak mengenakan pakaian selembar pun, kami berdua kembali berbugil ria di pagi itu.

“Uggh..hh..!”

“Auww..!”

“Massuu.. kk..” Seraya aku menyodokkan pinggulku.

“Ssstt.. ttt.. nnii..kkk..mm..m..aaat..”

Sodokan dari pinggulku ke liang vaginanya alhasil membuatnya kelojotan, cairan yang keluar dari vaginanya sebagai pelicin karena sekali lagi hanya 3/4 kontolku yang tertancap di dalam vaginanya. 

Bukan erangan kesakitan melainkan erangan kenikmatan yang keluar dan akan berulang-ulang terdengar sampai beberapa hari kedepan. Satu lagi kelebihanku adalah ternyata aku mampu melakukan orgasme sampai tiga kali, ini yang jarang dimiliki oleh laki-laki lain. Kelebihanku inilah yang dimanfaatkan oleh Iffah sehingga membuatnya mana tahaann.

Masih ada Iffah-Iffah lain yang ikut merasakan kontolku, dimana dalam pekerjaanku aku termasuk sukses nyatanya order perusahaan sangat banyak sehingga pegawai marketing pun aku tambah. Tidak jarang selama aku bawa mereka keluar kota mereka aku perlakukan sebagai selimut biologisku tentunya dengan iming-iming bonus yang besar.

Inilah yang membuat mereka tergiur, semua berkat uang. Bagiku itu semua gampang, dengan bonus sangat besar dari perusahaan aku dapat memenuhi kebutuhan staffku yang bersedia dan harus mau menjadi selimut biologisku. Beberapa diantaranya menolak dan mereka menanggung akibatnya yaitu aku keluarkan dengan dalih banyak hal. 

JILBAB PENJAGA WARNET



OMPOKER_ Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Novi melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dinihari.

Novi mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka 24 jam. Dan malangnya, Novi harus menjaga warnet itu saat malam hari.

Awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Novi terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Anto -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga warnet itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yang biasa shift malam di warnet itu sedang pulang ke kampung halamannya.

Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Novi bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat azan subuh berkumandang.

Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.

“Mbak, teh botol 1 ya?” Suara itu mengagetkannya.

“Oh, iya Mas, silahkan.” Jawabnya

“Loh kuncinya mana Mba?”

“Oh, iya, ini Mas” Jawab Novi sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.

Di waret tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.

Pikiran Novi kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Novi berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini.

Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.

Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.

“Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.

“Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?” jawabnya tergagap

“Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih.”

“Oh iya, sebentar ya” Novi pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata “eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar.”

Novi jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Novi duduk di bangku operator tersebut.

“Udah Mba, Makasih ya.”ucapnya sambil berlalu meninggalkan NOvi.

Novi kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.

tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Anto sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Anto yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai,
benar2 si Anto itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.

Tak lama, Anto masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.

“Gimana Nov? Rame Gak?? ” Tanyanya

“Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi.”

“Oh si Toni ya?” Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat.”

“Iya, aku pulang dulu ya.. Novi pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga

saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.

Esoknya

HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana.

Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Toni di net itu.

Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.

“Yah Mba, gimana neh??” Kata Toni setengah berteriak. Novi tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.

“Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi,” kata Toni yg sudah berdiri tak jauh dari Novi.

“Ada lilin, MBa??

“Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya”

“OH, ini aja, saya ada korek kok.”

sigap tangan Toni menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan NOvi.

Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut.

Toni meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Novi.

Novi sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat – wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah – suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.

Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Toni.

Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan.

setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Kehiningan berlalu saat Toni meminta kunci kulkas.

“Haus nih mba, aku ambil minum ya.”

untung saja Novi sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Toni. Toni bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya.

NOvi terperangah ketika Toni memberikannya sebotol teh bot**l kepadanya.

“Biar gak ngantuk,”Kata Toni singkat

“Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya”

“Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin”

“Yah, terserahlah,” Akhirnya NOvi mengalah karena merasa tak enak hati.

dia tak langsung meminumnya karena TOni lebih dulu bertanya padanya.

“Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?

“Iya Mas, kok tau? Dari Anto ya?

“Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?

“Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja.”

“Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Toni

“Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya.” Jawab Novi

“OH gitu toh, ic ic” Tony manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh NOvi.

“Di minum mba minumannya” kata Tony mempersilahkan Novi untuk meminum minuman yg telah dibelikannya.

merasa tak enak, Novi pun meminum teh pemberian Toni tersebut. Toni sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.

Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang novi,

kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.

NOvi terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Toni sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.

“Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu.” katanya sambil berusaha menepis tangan Toni yg sedang menggerayangi payudaranya. Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun.

Toni hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Novi dengan jarinya.

Tak cuma itu, Toni pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Novi yang masih berwarna pink tersebut. Toni tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.

Toni tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Novi setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Novi.

Novi sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari toni, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Anto, tempat Novi menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.

Toni mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Toni tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Novi.

Novi terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Toni, entah kapan Toni memasukkan obat bius tersebut.

Usaha berontak Novi jelas tidak berarti apa2 bagi Toni, yang ada Toni malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Novi.

Novi menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Toni perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya..

Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..

“Oh, kamu masih perawan ya Nov??” tanya Toni setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..

bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Toni kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.

“argh …. tolong hentikan Ton.” kata Novi terbata-bata.

Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Toni, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya.

Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Toni semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Toni.

entah karena sebab apa, Novi mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Toni dengan sisa tenaganya… tentu saja hal tersebut semakin membuat Toni terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Toni pun semakin menggila, Toni terus menjilati puting yang indah tersebut.

“Arghhhhh….. Ton….ARghhhh”

“Tolong hentikan Toooonnn…”

“Memek km rapat bgt Nov, aku suka, aku juga suka sama puting susu km..” Jawab Toni sambil tangannya terus mengocok vagina Novi.

Tubuh Novi seakan mengejang, dirasakannya gerakan Toni menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya..

Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.

“Argh argh ……” Nafas Novi semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2…

“ssssssshhhh …. arghhhh.” Novi mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.

Toni sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Novi dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Novi menuruti pemuda itu, dielusnya penis Toni yg masih terbungkus celana jins. Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Toni.

Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Toni di dalam vaginanya, gerakan Jemari toni pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.

“Pegang seperti ini Nov,” Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..

“Ya Seperti itu. Arghhh…” Toni berkata sambil merasakan nikmat ketika Novi mulai menggenggam penisnya.

Novi benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Toni, diputarnya dengan bergairah.

“Arghhh Ton,,, Ton..” Novi meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..

dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Toni yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Toni menciumi payudara gadis itu.

Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Toni bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.

Setelah beberapa saat, Toni melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Novi dari penisnya. Novi menatap penis Toni yg berjongkok di depannya..

Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Toni yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Novi kembali meraih penis Toni yg sudah mulai mengeras.

“Coba dicium Nov, pasti km suka” katanya pelan, stengah berbisik.

Novi menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Toni. Toni tak diam, dielus nya kepala Novi yg masih terbungkus jilbab besarnya.

Mullutnya mulai mendesis ketika Novi mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.
akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya… Toni akhirnya merebahkan tubuh Novi di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.

Novi kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Toni pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Novi. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.

“arrrrghhh… nikmat bgt Nov, arghhh …

Toni semakin bersemangat menjilati vagina Novi, jarinya semakin cepat bergerak.

“Arghh Ton… ” Novi terus mendesis di sela kulumannya pada penis Toni.

Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat.

Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Toni kembali merubah posisinya.

kini dia berjongkok di depan paha Novi yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Novi.

“Mauu aphaa km Tonn?” Tanya Novi terbata

Toni tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya…

Novi tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar… dan dia sedikit histeris ketika penis toni yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.

“argghhhh …. pelan2 Ton, perih.”

“Iya Nov, tahan ya…” jawab Toni penuh perhatian..

dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Novi.

arghhh … ssssshhhhh … memekk kamu rapat bgt Nov… aku suka …

pelan tapi pasti akhirnya penis toni berhasil masuk ke dalam vagina Novi.

“arghhh… Ton …” Novi mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.

perlahan toni menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Novi semakin merasa terbang..

Novi pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya.

Mengimbangi gerakan Toni yg terus menghajar vagina

Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,

“arghhh… enak Nov, nikmat bgt”

“Ton …. aku gak tahan” ceracau Novi sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu…

Novi terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Toni, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.

“argghhh Tonnnnnn…. trusssss”

sampai akhirnya, Novi benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Toni,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya…

“Tonnnn…. argghhhhhh aku …….

“iya Novv…. argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,

“arghhhh…..”

akhirnya Toni merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya.

Novi memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya…

akhwat itu sadar, ia telah khilangan keperawanan dan kehormatannya yg telah ia jaga selama ini.
hujan masih rintik2 diluar sana..

gerimis pun hadir di mata akhwat itu…

penyesalan atas apa yg telah ia lakukan beberapa menit lalu.